Jumat, 20 Maret 2015

[PART 1] All Of Urban Legend World

Standard
Haaii. Apa kabar disore hari ini kawan2 pembaca?
Kali ini gua bakal ngeposting tentang "Urban Legend" tapi kali ini gua rangkum cerita yang berasal dari seluruh dunia *Gayamu dit*. Sebelum gua cerita, ada yang belum tau apa itu urban legend? Urban Legend adalah cerita misteri (Kalo diIndonesia mitos) yang berasal dari suatu daerah atau negara. Udah tau kan? Sekarang waktunya kalian baca kisah2nya dibawah :






"Hitobashira"

Kisah ini menceritakan seorang wanita yang punya mulut sangat lebar dan terbelah dua. Jadi, apabila Anda bepergian di malam hari, hati-hati, karena ia bisa saja tiba-tiba berdiri di depan Anda dengan mulut yang robek dan mengerikan. Kabarnya lagi, Anda juga tidak bisa lari darinya, karena sejauh apapun Anda lari, ia tahu di mana Anda berada.

Hantu wanita ini dikenal mengenakan jubah berwarna cokelat dan mengenakan masker. Ia akan berdiri di depan Anda, dan bertanya "apakah aku cantik?" sambil melepas maskernya. Jika Anda menjawab tidak, maka ia akan memotong kepala Anda dengan sebuah gunting raksasa yang dibawanya. Aih... ngeri juga ya.


"Aka Manto"

Aka Manto adalah hantu toilet yang kabarnya akan muncul saat Anda berada di dalam toilet dan menawarkan tissue yang berwarna merah atau biru. Apapun tissue pilihan Anda, tetap akan menjadi korban Aka Manto. Apabila Anda memilih warna merah maka Anda akan dipotong menjadi beberapa bagian olehnya, apabila tissue yang Anda pilih berwarna biru maka Anda akan mati tercekik olehnya.


“SQUARE”
(SEGI EMPAT)
image 

Alkisah, lima orang pendaki gunung tersesat di tengah pegunungan bersalju (versi lain cerita mengatakan mereka merupakan korban selamat dari suatu kecelakaan pesawat). Karena tidak kuat, salah satu dari kelima pendaki itu akhirnya meninggal. Namun keempat temannya yang lain menolak meninggalkan jenazah teman mereka di tengah gunung dan memutuskan membawanya. 

Hingga suatu saat di tengah badai salju, mereka menemukan sebuah pondok kayu. Mereka bersyukur dan segera berlindung di dalam pondok kayu itu. Pondok itu berbentuk segiempat. Pondok itu tampak sudah tua, namun masih kokoh. Celakanya, sama sekali tak ada penerangan di dalam pondok itu, sehingga mereka terpaksa menghabiskan malam dalam kondisi gelap gulita. 
Mereka meletakkan jenazah teman mereka di tengah ruangan yang berbentuk segi empat itu.
Mereka mulai bercakap-cakap“Malam ini kita tidak boleh tidur. Bila kita tidur, bisa-bisa kita tidak bangun lagi.” “Ya, aku tahu. Tapi bagaimana caranya? Bila kita tidak melakukan sesuatu, kita pasti akan tertidur.” 
“Aku tahu, kita lakukan saja suatu permainan.” Usul salah satu teman mereka, masih dalam kondisi gelap gulita. Mereka sama sekali tak bisa melihat satu sama lain, jadi mereka tak tahu dengan siapa mereka berbicara dan siapa yang mengusulkan permainan itu. “Permainan apa?” “Begini, ruangan ini kan berbentuk kotak. Bagaimana jika masing-masing dari kita berempat berdiri di tiap pojok ruangan. Nah, saat permainan dimulai, salah satu dari kita berlari ke pojok ruangan terdekat dan menepuk punggung temannya yang ada di situ. Lalu ia yang ditepuk punggungnya harus berlari lagi untuk menepuk punggung temannya yang ada di pojok terdekat dengannya. Begitu terus hingga kembali ke orang pertama dan diteruskan sampai fajar tiba.” 
“Itu ide bagus,” semua orang tampaknya setuju, “Dengan begitu kita akan bergerak semalaman dan tubuh kita akan terasa hangat.” Akhirnya mereka melakukan permainan itu. Masing-masing dari mereka, sebut saja A, B, C, dan D berdiri di pojok ruangan. A mulai berlari ke B dan menepuk pundak B. B kemudian langsung berlari dan menepuk pundak C. C lalu berlari menepuk pundak D. Dan begitu seterusnya, mereka melakukan permainan itu hingga pagi. 
Saat pagi tiba, mereka mulai merasa lega. Cahaya mulai menerangi seluruh ruangan sehingga mereka bisa melihat seisi ruangan. Salah satu teman mereka rupanya mengenali tempat ini dan tahu jalan keluar dari tempat itu. Namun saat mereka menyadari bentuk ruangan yang mereka tempati sejak semalam, mereka mulai sadar ada yang tidak benar. Lalu mereka mulai ketakutan. 
Permainan itu ternyata tak sesimpel yang mereka duga.
clip_image002
Permainan dimulai ketika A berlari dan menepuk pundak B. B kemudian berlari menepuk pundak C. Lalu C berlari menepuk pundak D. Sampai di sini tak ada masalah. Namun ketika D berlari ke A, semestinya tak ada orang di sana, sebab A sudah berada di B. Benar bukan? Sehingga D harus berlari 2 kali agar dapat menepuk pundak A.

Namun saat mereka bermain, tak ada seorang pesertapun yang harus berlari dua kali.
Saat tiba di A, D menepuk pundak seseorang yang kemudian berlari menepuk pundak A yang sedang berada di B. Merekapun sadar, permainan ini walaupun dilakukan di ruangan berbentuk segi empat, tak bisa dilakukan oleh empat orang. Permainan ini harus dilakukan oleh lima orang.

Namun mereka hanya ada berempat saat mereka melakukan permainan itu. Lalu mereka menatap jenazah teman mereka yang terbujur kaku di tengah ruangan. Ya, mereka tak hanya berempat di dalam ruangan. Mereka berlima.


"Teke Teke"

  teke2   

Kisah ini terjadi di Jepang. Alkisah di tengah salju yang tengah turun, dua orang masinis menjalankan sebuah lokomotif ke stasiun kereta terdekat. Saat mereka tiba di bawah suatu jembatan di daerah yang cukup terpencil, tiba-tiba saja ...“Braaak ...” “Kreeek...”   Dua masinis itu melihat sesosok bayangan jatuh tepat di depan mereka. Kedua masinis ini cukup berpengalaman untuk merasakan bahwa kereta yang mereka kendalikan telah menggilas sesuatu. 
Sang masinis berusaha keras menghentikan keretanya dan lokomotif itu berhenti kira-kira beberapa ratus meter dari tempat kejadian. Salah satu masinis memutuskan turun untuk memastikan apa yang telah terjadi. Ia berjalan susah payah di atas gumpalan salju dan tepat di bawah jembatan yang tadi mereka lewati, ia menemukan sesuatu yang mengerikan. Terdapat tubuh seorang wanita di tengah rel. Tubuhnya terpotong menjadi dua karena terlindas kereta. 
Satu bagian adalah bagian atas tubuh wanita itu, mulai dari hingga ke pinggang. Bagian satunya adalah bagian pinggang hingga kaki wanita itu. Ia tak bisa melihat wajah wanita itu karena wajahnya tertutup oleh rambut hitam panjangnya. Darah wanita itu membasahi salju yang berada di bawahnya. Warna merah itu mengingatkan masinis itu akan es serut dengan sirup merah yang biasa ia makan saat kecil. 
Sang masinis buru-buru menghapus pikiran mengerikan itu dan segera kembali pada temannya. “Ada apa?” tanya sang masinis satunya saat melihat temannya kembali. “Ada...ada wanita tertabrak. Kondisinya sangat mengerikan. Kemungkinan ia melompat dari atas jembatan. Aku akan memanggil bantuan ke pos polisi terdekat. Kau tetap di sini ya?” 
Pada zaman itu, komunikasi belumlah secanggih sekarang. Apalagi saat itu cuaca sedang buruk. Sang masinis tadi akhirnya meninggalkan temannya untuk mencari bantuan. Sang masinis satunya dengan sabar menunggu di dalam lokomotif. Ia tahu tak ada jadwal kereta melewati daerah itu, jadi ia tenang saja meletakkan lokomotifnya di situ. Selain itu, lokasi ini amat terpencil. Bahkan tak ada satupun rumah di sana.  Hujan salju telah berhenti, meninggalkan tumpukan salju yang tebal di luar.

Hanya ada lampu-lampu jalan dari tiang listrik yang menemani lokomotif itu di tengah kegelapan malam. Beberapa saat berlalu dan sang masinis mulai mendengar suara di luar lokomotif. “Sreeeek...sreeeek...” Terdengar seperti suara sesuatu tengah diseret. “Soichi?’ masinis itu memanggil nama temannya tadi. Namun mana mungkin ia kembali secepat itu.

Masinis itu mendekat pintu. “Halo, ada orang di situ?” Tiba-tiba pintu lokomotif terbuka, “Braaaaaak!!!” Diikuti jeritan masinis itu di tengah kegelapan malam.

***
Beberapa jam kemudian barulah sang masinis kembali bersama sejumlah polisi. Mereka harus melewati jalanan yang penuh dengan tumpukan salju sehingga perlu waktu lama untuk kembali. Namun begitu sampai di TKP, masinis itu ngeri melihat hanya satu bagian tubuh saja yang terlihat di situ. Hanya ada bagian bawah wanita itu, sementara bagian atasnya lenyap.
Masih ada ceceran darah di situ dan bekas seretan. 
Apa ada yang memindahkan tubuh wanita itu, pikir sang masinis. Namun mana mungkin? Apa tujuannya? Sang masinis dan para polisi pun menuju lokomotif yang ia tinggalkan tadi.
“Sato!” panggil sang masinis. Ia heran melihat pintu lokomotif terbuka. Ia masuk dan tak melihat siapapun di dalam lokomotif, hanya ada tumpukan salju yang masuk melalui pintu yang terbuka. 
Masinis itu sangat sangat heran. Temannya adalah orang yang sangat bertanggung jawab. Mana mungkin ia meninggalkan lokomotif ini begitu saja saat ia diminta menjaganya? Soichi dan polisi lainnya mencari-cari sang masinis satunya. Namun sepertinya ia seperti lenyap ditelan malam. Tak ada jejak di tanah. Semua jejak sudah tertimbun oleh salju yang kembali turun. 
Beberapa jam mereka mencari namun tak ada hasil. Saat sang masinis mulai putus asa, ia mendongak ke atas. Napasnya seakan terhenti. Dengan ketakutan ia menunjuk ke atas. Para polisi pun ikut memandang ke atas. Mereka semua ketakutan melihat pemandangan yang tersaji di hadapan mereka. Bahkan pengalaman para polisi itu selama puluhan tahun menangani kasus kejahatan seperti tak ada apa-apanya. Mereka belum pernah melihat sesuatu semengerikan ini. 
Di atas tiang listrik, tubuh sang masinis sudah kaku karena membeku. Wajahnya tampak ketakutan setengah mati. Entah apa yang telah membunuhnya, suhu yang di bawah nol ataukah rasa takutnya. Sementara di pinggang sang masinis melingkar bagian tubuh wanita yang tertabrak itu. Bagian pinggang ke atas, memeluk erat sang masinis yang telah tewas.

Yosh itu aja dulu buat PART 1nya. Ntar gua lanjutin ke PART 2
Stay tune diblog gua bro + Jangan lupa cendolnya yakk (y)

0 komentar:

Posting Komentar